airbus berniat tak menggunakan aws google dan microsoft pada sistem navigasi index
airbus berniat tak menggunakan aws google dan microsoft pada sistem navigasi index

Airbus Berniat Tak Menggunakan AWS, Google, dan Microsoft pada Sistem Navigasi

PARIS – Dalam sebuah langkah strategis yang menggarisbawahi meningkatnya ketegangan geopolitik dan urgensi kedaulatan digital, produsen pesawat terbang raksasa Eropa, Airbus, sedang mempertimbangkan untuk memindahkan sistem operasional kritisnya dari infrastruktur cloud yang dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan teknologi Amerika Serikat, seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, dan Microsoft Azure. Keputusan ini datang di tengah kekhawatiran yang mendalam mengenai potensi pemblokiran perangkat lunak dan layanan oleh AS, serta implikasinya terhadap keamanan operasional dan kedaulatan data Eropa. Langkah berani ini diperkirakan akan mendorong pergeseran paradigma dalam pengelolaan data sensitif dan infrastruktur vital di seluruh benua biru.

Kekhawatiran Geopolitik dan Ketergantungan Teknologi

Pokok permasalahan dari inisiatif Airbus ini berakar pada serangkaian peristiwa yang menyoroti risiko ketergantungan berlebihan pada teknologi asing. Sejak era pemerintahan Trump, negara-negara di seluruh dunia mulai menyadari bahwa ketergantungan pada perangkat lunak dan layanan buatan AS dapat memiliki konsekuensi yang melumpuhkan, bahkan dalam skenario terburuk, berpotensi membuka pintu bagi pengawasan oleh badan intelijen. Pengalaman pahit perusahaan teknologi Tiongkok, Huawei, yang diblokir dari menggunakan Google Mobile Services (GMS) dan lisensi perangkat lunak Microsoft, menjadi contoh nyata bagaimana AS dapat menggunakan kekuatan teknologinya sebagai alat tekanan geopolitik dan ekonomi. Insiden ini, yang awalnya terkait dengan perselisihan perdagangan yang belum terselesaikan, berfungsi sebagai peringatan keras bagi entitas-entitas di luar AS tentang kerentanan mereka.

Selain itu, ancaman denda yang berulang kali dilayangkan oleh AS terhadap perusahaan teknologi Eropa seperti Apple, Google, dan Meta selama tiga tahun terakhir semakin memperparah kekhawatiran ini. Kasus yang paling baru dan mencolok adalah ketika Kepala Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) kehilangan akses ke akun Microsoft-nya setelah dikenai sanksi oleh AS. Kejadian ini, menyusul penyelidikan atas dugaan kejahatan perang dan genosida di Israel-Palestina, menunjukkan bagaimana sanksi politik dapat secara langsung memengaruhi akses ke layanan digital esensial, bahkan untuk lembaga internasional yang netral. Bagi Airbus, sebagai tulang punggung industri dirgantara Eropa dan penjaga data nasional serta Eropa yang sangat sensitif, risiko semacam ini tidak dapat ditoleransi.

Migrasi Sistem Kritis ke Cloud Berdaulat Eropa

Menurut laporan dari portal teknologi *The Register*, Airbus tidak hanya berwacana, tetapi secara aktif mempertimbangkan untuk memindahkan sistem-sistem yang dianggap kritis. Sistem-sistem ini mencakup Perencanaan Sumber Daya Perusahaan (ERP) yang vital untuk operasional internal, proses manufaktur yang merupakan inti dari produksi pesawat, Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM) untuk interaksi dengan klien, hingga desain pesawat terbang yang melibatkan kekayaan intelektual tingkat tinggi dan rahasia dagang. Memindahkan sistem-sistem ini ke infrastruktur cloud yang dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan Eropa, atau yang sering disebut sebagai sistem cloud berdaulat, adalah respons langsung terhadap kekhawatiran tersebut.

Konsep “cloud berdaulat” mengacu pada layanan komputasi awan di mana data disimpan, diproses, dan dikelola dalam yurisdiksi hukum dan fisik suatu negara atau wilayah tertentu, dalam hal ini Eropa. Ini berarti bahwa data sensitif Airbus akan berada di bawah kendali hukum Eropa, tunduk pada peraturan perlindungan data yang ketat seperti GDPR, dan tidak dapat diakses atau dimanipulasi oleh entitas asing tanpa persetujuan eksplisit dari otoritas Eropa. Langkah ini bukan hanya tentang keamanan siber, tetapi juga tentang menjaga otonomi strategis dan mencegah potensi gangguan operasional akibat keputusan politik di luar kendali Eropa. Ini adalah manifestasi nyata dari dorongan Uni Eropa yang lebih luas untuk mencapai kedaulatan digital, mengurangi ketergantungan pada raksasa teknologi non-Eropa, dan membangun ekosistem teknologi yang lebih tangguh dan independen.

Implikasi Lebih Luas bagi Industri dan Kedaulatan Digital Eropa

Keputusan Airbus ini kemungkinan akan memiliki implikasi yang signifikan, tidak hanya bagi perusahaan itu sendiri tetapi juga bagi lanskap teknologi dan industri di Eropa. Sebagai salah satu pemain industri terkemuka di benua tersebut, langkah Airbus dapat menjadi preseden dan mendorong perusahaan-perusahaan Eropa lainnya, terutama yang beroperasi di sektor-sektor strategis seperti pertahanan, keuangan, energi, dan kesehatan, untuk mengevaluasi kembali ketergantungan mereka pada penyedia cloud non-Eropa. Ini bisa memicu gelombang investasi dan inovasi dalam pengembangan solusi cloud lokal yang lebih tangguh dan kompetitif. Inisiatif seperti GAIA-X, proyek infrastruktur data cloud Eropa yang bertujuan untuk membangun ekosistem data yang aman dan berdaulat, akan mendapatkan momentum tambahan dari langkah Airbus ini.

Namun, transisi ini tentu tidak tanpa tantangan. Migrasi sistem-sistem kompleks seperti ERP dan manufaktur dari satu penyedia cloud ke penyedia lain adalah proses yang rumit, mahal, dan memakan waktu, yang memerlukan perencanaan yang cermat dan sumber daya yang besar. Airbus harus memastikan bahwa perpindahan ini tidak mengganggu operasional harian, menjaga integritas data, dan tetap memenuhi standar keamanan dan kinerja yang tinggi. Meskipun demikian, imbalan dari memiliki kendali penuh atas data dan infrastruktur operasional, serta mengurangi risiko geopolitik, dianggap jauh lebih besar daripada tantangan yang ada.

Pada akhirnya, langkah Airbus ini bukan sekadar keputusan teknis, melainkan pernyataan politik yang kuat. Ini adalah deklarasi kedaulatan digital Eropa, sebuah upaya untuk membebaskan diri dari bayang-bayang dominasi teknologi AS, dan membangun fondasi yang lebih aman dan mandiri untuk masa depan digitalnya. Dunia sedang menyaksikan pergeseran menuju ekosistem teknologi yang lebih terfragmentasi namun berpotensi lebih tangguh, di mana kedaulatan data dan kontrol infrastruktur menjadi prioritas utama.

About applegeekz

Check Also

tren baru 2026 pasar hp lipat diprediksi meroket 30 persen apple dan samsung berebut kue mahal index

Tren Baru 2026: Pasar HP Lipat Diprediksi Meroket 30 Persen, Apple dan Samsung Berebut Kue Mahal

Industri ponsel pintar global, yang beberapa tahun terakhir tampak terjebak dalam pusaran stagnasi inovasi dan …