prediksi idc 2026 pasar pc dunia terancam minus 89 persen akibat krisis memori harga laptop dan hp naik index
prediksi idc 2026 pasar pc dunia terancam minus 89 persen akibat krisis memori harga laptop dan hp naik index

Prediksi IDC 2026: Pasar PC Dunia Terancam Minus 8,9 Persen Akibat Krisis Memori, Harga Laptop dan HP Naik!

Jakarta – Sebuah paradoks besar tengah membayangi lanskap industri teknologi global. Di tengah euforia dan optimisme terhadap kecanggihan kecerdasan buatan (AI) yang digadang-gadang sebagai pendorong kebangkitan pasar komputer pribadi (PC) pasca-pandemi, muncul ancaman serius dari sisi tak terduga: krisis komponen memori. Permintaan infrastruktur AI yang masif terhadap memori khusus justru berbalik menjadi bumerang, mengancam stabilitas dan pertumbuhan pasar perangkat keras konvensional.

Lembaga riset terkemuka, International Data Corporation (IDC), melontarkan prediksi yang mengkhawatirkan. Dalam proyeksi terbarunya, IDC memperingatkan bahwa dalam skenario terburuk, pengiriman PC global berpotensi menyusut hingga 8,9 persen pada tahun 2026. Penurunan drastis ini bukan disebabkan oleh berkurangnya minat konsumen, melainkan dipicu oleh lonjakan biaya komponen memori (RAM) yang tak terbendung, sebuah efek domino dari pergeseran prioritas di antara para produsen memori.

Krisis Memori: Sisi Gelap Revolusi AI

Akar permasalahan ini bersumber dari dinamika penawaran dan permintaan di level manufaktur hulu. IDC secara gamblang menyoroti adanya pergeseran strategis fundamental di kalangan produsen memori utama dunia. Mereka tidak lagi fokus untuk memperluas produksi DRAM dan NAND konvensional, jenis memori yang umum digunakan di berbagai perangkat elektronik konsumen seperti smartphone, PC, hingga tablet.

Sebaliknya, fokus produksi beralih secara drastis ke memori khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan komputasi intensif pusat data AI. High-Bandwidth Memory (HBM) dan DDR5 berkapasitas sangat tinggi kini menjadi primadona baru. Kedua jenis memori ini merupakan tulang punggung vital bagi server-server raksasa yang menjalankan model bahasa besar (LLM) seperti GPT dan berbagai aplikasi AI generatif lainnya. Kapasitas dan kecepatan transfer data yang ekstrem dari HBM dan DDR5 memang esensial untuk memproses triliunan parameter yang dibutuhkan oleh sistem AI modern.

Konsekuensinya, pasokan RAM konvensional untuk laptop, komputer desktop, dan ponsel pintar menjadi langka di pasaran. Kelangkaan ini secara alamiah memicu kenaikan harga bahan baku yang signifikan bagi para perakit komputer dan produsen perangkat seluler. Rantai pasokan yang semula stabil kini menghadapi turbulensi yang belum pernah terjadi sebelumnya, memaksa perusahaan untuk mencari solusi di tengah tekanan biaya yang membengkak.

Hukum Pasar yang Kejam: Kenaikan Harga Tak Terhindarkan

Logika pasar bekerja tanpa ampun dalam situasi seperti ini. Demi menjaga margin keuntungan agar operasional perusahaan tetap berkelanjutan, produsen PC dan smartphone tidak memiliki banyak pilihan selain membebankan kenaikan biaya komponen ini kepada konsumen akhir. Ini berarti, harga jual produk jadi akan melonjak, membebani daya beli masyarakat yang mungkin belum sepenuhnya pulih dari dampak ekonomi global sebelumnya.

Contoh nyata sudah terlihat di lapangan. Produsen PC modular, Framework, secara terbuka telah mengumumkan kenaikan harga pada beberapa model laptop dan suku cadang mereka. Mereka bahkan mengeluarkan peringatan dini kepada pelanggannya bahwa “kenaikan biaya dan harga lebih lanjut sangat mungkin terjadi dalam beberapa bulan ke depan.” Pernyataan ini menjadi alarm bagi seluruh ekosistem teknologi, mengindikasikan bahwa Framework hanyalah permulaan dari tren yang lebih luas.

Dalam skenario pesimistis IDC, harga jual rata-rata PC diprediksi bisa melonjak antara 6 hingga 8 persen pada tahun 2026. Kenaikan harga yang signifikan ini, di tengah daya beli yang masih fluktuatif, tentu akan memberikan tekanan berat pada volume penjualan, berujung pada penurunan drastis dalam pengiriman unit ke pasar.

Paradoks “AI PC”: Penyelamat yang Terperangkap

Situasi ini menciptakan sebuah paradoks yang pahit, terutama terkait dengan kategori produk baru yang disebut “AI PC”. Komputer jenis ini, yang dilengkapi dengan Neural Processing Unit (NPU) khusus untuk menjalankan fungsi AI secara lokal (on-device), sebelumnya diharapkan menjadi ‘game changer’ yang mampu menarik minat pembeli dan merevitalisasi pasar PC.

Namun, ironisnya, AI PC justru membutuhkan kapasitas RAM yang jauh lebih besar dibandingkan komputer standar untuk menjalankan model AI secara efisien. Kebutuhan spesifikasi tinggi ini membuat mereka jauh lebih rentan terhadap fluktuasi harga memori. Alih-alih menjadi penyelamat, AI PC kini justru terjebak dalam pusaran masalah yang diciptakan oleh industri AI itu sendiri. Ketergantungan pada memori kelas atas membuat AI PC menjadi salah satu segmen yang paling terdampak oleh krisis pasokan dan harga, berpotensi menghambat adopsi massal yang semula diharapkan.

Dampak Berantai hingga Gawai di Genggaman

Dampak krisis memori ini tidak hanya berhenti di meja kerja atau di segmen PC. Saku celana konsumen pun terancam oleh kenaikan harga yang meluas hingga ke perangkat genggam. IDC memproyeksikan bahwa harga jual rata-rata smartphone juga bisa terkerek naik 6 hingga 8 persen dalam skenario terburuk.

Lebih jauh lagi, volume pengiriman ponsel pintar berpotensi menyusut hingga 5,2 persen akibat kombinasi kenaikan harga dan daya beli yang melemah. Hal ini akan memperpanjang periode stagnasi yang telah dialami pasar smartphone dalam beberapa waktu terakhir, memberikan tantangan ekstra bagi produsen dan operator telekomunikasi.

Siapa yang Bertahan di Tengah Badai?

Di tengah badai pasokan dan harga yang membayangi, ketimpangan kekuatan antar-pemain industri semakin kentara. Perusahaan raksasa dengan kantong tebal dan manajemen rantai pasok yang superior, seperti Apple dan Samsung, diprediksi masih memiliki kekuatan untuk bertahan dan menstabilkan diri.

Menurut analisis IDC, kedua raksasa teknologi ini cenderung memiliki perjanjian pasokan jangka panjang dengan produsen memori, serta cadangan kas yang cukup besar untuk menyerap kenaikan harga komponen memori tersebut selama satu atau dua tahun ke depan. Kemampuan finansial dan strategis ini memungkinkan mereka untuk menjaga stabilitas harga produk mereka di pasar, setidaknya untuk sementara waktu, sehingga tetap kompetitif. Namun, bagi pemain lain di luar lingkaran elit tersebut, masa depan jangka pendek terlihat jauh lebih suram dan mahal, dengan tekanan margin keuntungan dan potensi kehilangan pangsa pasar yang signifikan.

Krisis memori ini menjadi pengingat pahit bahwa setiap revolusi teknologi, sebrilian apapun itu, selalu membawa konsekuensi yang kompleks dan seringkali tak terduga. Untuk konsumen, ini berarti perlu bersiap menghadapi harga yang lebih tinggi dan pilihan yang mungkin terbatas. Untuk industri, ini adalah panggilan untuk meninjau kembali strategi rantai pasokan dan mencari inovasi yang lebih berkelanjutan di masa depan.

About applegeekz

Check Also

report apples ai strategy could finally pay off in 2026 index

Strategi AI Apple Berpotensi Mulai Membuahkan Hasil pada 2026

Strategi kecerdasan buatan (AI) Apple yang terkesan hati-hati dan konservatif telah lama menjadi subjek perdebatan …