GUANGZHOU – Ketika kebanyakan taipan bisnis memikirkan warisan melalui inovasi, ekspansi pasar, atau bahkan filantropi, pendiri raksasa gim China, Xu Bo, memiliki visi yang jauh lebih radikal. Miliarder pendiri Guangzhou Duoyi Network ini tidak hanya ingin membangun imperium bisnis yang megah, tetapi juga dinasti genetik yang tak terputus. Dengan kekayaan bersih yang ditaksir mencapai miliaran dolar AS, Xu Bo menargetkan lebih dari sekadar dua atau tiga pewaris; ia berambisi memiliki puluhan, bahkan ratusan, keturunan yang berkualitas tinggi, khususnya yang lahir di Amerika Serikat, untuk melanggengkan kekuasaan bisnisnya lintas generasi.
Fokus pada keturunan, terutama dengan jumlah yang fantastis, telah menempatkan Xu Bo di bawah sorotan global, bukan karena kejeniusan teknologinya, melainkan karena obsesi biologisnya yang mencengangkan. Pria berusia 48 tahun ini dilaporkan sedang menjalankan misi ambisius untuk mencetak “bibit unggul” di Negeri Paman Sam, dengan harapan mereka kelak akan mengambil alih kendali takhta bisnisnya yang bernilai triliunan rupiah. Kisah ini bukan sekadar tentang penerusan nama keluarga, melainkan tentang perencanaan strategis jangka panjang yang melibatkan genetik sebagai pilar utama kekuatan korporasi.
Sebuah Ambisi di Luar Nalar: Mencetak Pewaris Lintas Benua
Guangzhou Duoyi Network, di bawah kepemimpinan Xu Bo, telah menjelma menjadi salah satu raksasa gim seluler terbesar di China. Kekayaan pribadi Xu Bo sendiri diperkirakan mencapai USD 1,1 miliar, atau sekitar Rp 17,6 triliun. Namun, kekayaan sebanyak itu tampaknya belum cukup untuk memuaskan ambisinya. Xu Bo memiliki keyakinan kuat bahwa “memiliki lebih banyak anak dapat menyelesaikan semua masalah,” sebuah filosofi yang ia ungkapkan secara terang-terangan di akun Weibo yang terkait dengannya.
Obsesi ini bukan hanya retorika. Dalam sebuah sidang pengadilan pada tahun 2023, Xu secara eksplisit menyatakan harapannya untuk memiliki sekitar 20 anak yang lahir di AS, yang suatu hari nanti akan mengambil alih kendali bisnisnya. Angka ini, yang mungkin terdengar luar biasa bagi kebanyakan orang, hanyalah permulaan dari visinya yang lebih luas. Baginya, anak-anak bukan sekadar buah hati, melainkan aset masa depan yang harus diproduksi dan dipersiapkan dengan standar “kualitas tinggi” demi keberlanjutan imperium bisnisnya.
Mengapa Amerika Serikat Menjadi Pilihan Strategis?
Alasan di balik keputusan Xu Bo untuk mencetak keturunan di Amerika Serikat adalah inti dari strategi ambisius ini. Kekayaan sebesar USD 1,1 miliar tampaknya ia tidak ingin wariskan semata-mata kepada anak-anak yang lahir di tanah kelahirannya, China. Investigasi mendalam oleh Wall Street Journal menyingkap tabir di balik penggunaan ibu pengganti (surrogacy) yang dilakukan Xu di Negeri Paman Sam.
Laporan tersebut menemukan bahwa sang miliarder tengah mengupayakan hak asuh atas setidaknya empat anak yang belum lahir, dan sebelumnya telah, serta sedang aktif menjadi ayah dari setidaknya delapan anak hasil ibu pengganti lainnya. Status kewarganegaraan AS disinyalir menjadi aset strategis yang tak ternilai. Dengan anak-anak yang memiliki kewarganegaraan AS, Xu Bo mungkin melihat adanya perlindungan hukum yang lebih kuat, akses ke pasar global yang lebih luas, dan potensi stabilitas finansial jangka panjang di tengah ketidakpastian geopolitik atau regulasi di masa depan. Ini adalah langkah antisipatif untuk melindungi dan mengembangkan kekayaannya.
Ambisi Xu bahkan melampaui sekadar jumlah dan kewarganegaraan. Ia memiliki fantasi liar tentang “aliansi genetik kelas atas”, membayangkan anak-anak Amerikanya kelak dapat menikah dengan keturunan dari tokoh-tokoh elit dunia, seperti Elon Musk, orang terkaya di dunia. Visi ini menunjukkan bagaimana ia melihat keturunan sebagai fondasi untuk membangun jaringan kekuasaan dan pengaruh yang tak tertandingi di masa depan, melebur garis antara keluarga, bisnis, dan kekuatan global.
Badai Angka dan Kontroversi: Berapa Sebenarnya Jumlah Anak Xu Bo?
Klaim mengenai jumlah keturunan Xu Bo telah menjadi bola liar yang memicu kontroversi dan spekulasi. Laporan awal dari Wall Street Journal menyebutkan bahwa perusahaan gim milik Xu pernah menyatakan sang pendiri memiliki lebih dari 100 anak yang lahir melalui ibu pengganti yang berbasis di AS. Angka ini, yang sudah fantastis, semakin tak masuk akal ketika mantan kekasih Xu, pada bulan lalu, melontarkan tuduhan bahwa sang miliarder sebenarnya memiliki hingga 300 anak yang tersebar di seluruh dunia.
Namun, Duoyi Network segera membantah keras tuduhan tersebut. Dalam pernyataan resminya, perusahaan menuduh publikasi tersebut “sengaja mengaburkan fakta dan memalsukan informasi palsu.” Menurut klarifikasi perusahaan, hanya 12 dari dugaan lebih dari 100 anak tersebut yang lahir di Amerika Serikat. Meskipun demikian, angka 12 anak yang lahir melalui proses surogasi lintas benua, ditambah dengan ambisi yang diungkapkannya, tetaplah sebuah angka yang jauh dari lazim bagi sebuah keluarga konvensional dan menggarisbawahi sifat luar biasa dari strategi personal sang miliarder.
Fenomena Baru “Penyebar Benih”: Anak Sebagai Aset Bisnis
Xu Bo bukanlah satu-satunya oligarki teknologi yang memandang genetika sebagai perpanjangan dari strategi ekspansi bisnis. Ia berada dalam gelombang baru pria ultra-kaya yang berupaya mencetak puluhan keturunan untuk menggembalakan perusahaan dan memperluas warisan mereka. Fenomena serupa terlihat pada Pavel Durov, pendiri aplikasi pesan instan Telegram. Pengusaha dengan kekayaan bersih USD 14,2 miliar atau Rp 227,2 triliun ini, secara resmi memiliki enam anak dari tiga pasangan berbeda. Namun, jejak biologisnya jauh lebih luas. Durov mengaku telah mendonorkan spermanya ke klinik selama 15 tahun terakhir, yang menurut klaim klinik tersebut, telah menghasilkan lebih dari 100 kehamilan.
Baik Xu Bo maupun Pavel Durov merepresentasikan wajah baru kapitalisme ekstrem, di mana akumulasi modal tidak lagi dianggap cukup. Bagi mereka, keberhasilan sejati diukur dari seberapa banyak DNA mereka yang berhasil diwariskan untuk mengelola kekayaan yang telah mereka kumpulkan. Dalam pandangan ini, anak-anak bukan sekadar buah hati yang dicintai, melainkan aset strategis, investasi masa depan yang harus diproduksi dan dipersiapkan dengan cermat untuk memastikan kelangsungan dan perluasan imperium mereka di muka bumi.
Kapitalisme Ekstrem dan Legasi Biologis
Fenomena Xu Bo dan Pavel Durov membuka diskusi tentang batas-batas ambisi manusia dan definisi warisan. Di era di mana kekayaan dapat menembus segala batasan konvensional, obsesi untuk menciptakan dinasti biologis yang mampu mengamankan kekayaan lintas generasi menjadi manifestasi ekstrem dari akumulasi modal. Ini adalah pergeseran paradigma, di mana garis keturunan tidak hanya dipandang sebagai aspek pribadi, tetapi sebagai fondasi krusial bagi kelangsungan entitas korporat yang bernilai miliaran dolar. Anak-anak menjadi pewaris takhta, manajer masa depan, dan penjaga api kekuasaan yang tak pernah padam. Ini adalah bukti bahwa bagi sebagian ultra-kaya, visi kekuasaan sejati tidak hanya terletak pada menguasai pasar, tetapi juga pada mengukir jejak genetik yang abadi.
Apple Technos Berita Apple Terbaru, Rumor & Update Resmi