...

Prabowo Kembali ke Aceh, Harapan Penyintas untuk Pulih Kian Menguat

Optimisme Baru di Tanah Rencong Pasca-Banjir Dahsyat
Provinsi Aceh, sebuah wilayah yang sarat sejarah dan ketahanan, kembali menghadapi ujian berat akibat terjangan banjir bandang yang melumpuhkan. Namun, di tengah keputusasaan, secercah harapan kini membara lebih terang. Kunjungan langsung Presiden RI, Prabowo Subianto, ke lokasi bencana untuk kali ketiga telah menyuntikkan optimisme signifikan di kalangan para penyintas. Komitmen kepemimpinan tertinggi negara ini menjadi pendorong utama bagi warga yang berjuang keras untuk bangkit dari keterpurukan.
Jumat lalu, dalam kunjungannya yang ketiga kalinya, Presiden Prabowo Subianto kembali menemui langsung para korban banjir di tenda-tenda darurat. Momen ini bukan sekadar kunjungan seremonial; ia menjadi platform bagi para penyintas untuk menyampaikan keluh kesah, kebutuhan mendesak, dan sekaligus rasa terima kasih atas bantuan yang mulai mengalir lancar. Kehadiran pemimpin negara di tengah reruntuhan dan lumpur tebal secara langsung menunjukkan empati dan keseriusan pemerintah dalam upaya pemulihan.

Suara dari Tenda Pengungsian: Kebutuhan Mendesak dan Harapan Nyata
Di Desa Sukarahmat, Kecamatan Rantau, Wita, seorang penyintas, tak kuasa menahan tangis saat menceritakan kondisi rumahnya yang hancur lebur dan tertutup lumpur setebal mata kaki. Meski demikian, ia mengakui adanya peningkatan signifikan dalam penyaluran bantuan dasar. “Roti, beras, obat-obatan sudah datang. Mobil bantuan kesehatan saya lihat banyak lewat. Alhamdulillah, kalau soal makan, insyaallah sudah cukup,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Namun, kebutuhan yang paling mendesak kini bergeser dari pangan ke hunian layak. Wita, yang saat ini menumpang di rumah kerabat, sangat berharap pemerintah segera mengirimkan material bangunan. “Rumah-rumah kami rusak, berlumpur, dan kurang alat untuk membersihkannya,” keluhnya, menggambarkan tantangan membersihkan puing dan lumpur tebal yang masih menyelimuti. Lebih dari sekadar perbaikan fisik, Wita juga merindukan kehidupan normal bagi anak-anaknya. “Saya berharap kota kami kembali normal. Anak-anak bisa sekolah lagi, bisa kembali ke pesantren. Itu saja harapan kami,” tambahnya, menyiratkan kerinduan akan pendidikan dan masa depan yang stabil.

Tantangan Hidup di Pengungsian: Panas, Debu, dan Ancaman Penyakit
Kisah serupa juga datang dari Desi, Kepala Dusun Sukajadi, yang bersama warganya bertahan di posko pengungsian di bawah Jembatan Kuala Simpang. Kehadiran Presiden memberinya optimisme di tengah kondisi serba terbatas. “Kalau bisa kami secepatnya mendapatkan bantuan rumah. Tenda ini terlalu panas siang hari, banyak debu. Kalau hujan, air dari jembatan mengalir ke bawah,” kata Desi, memohon percepatan rehabilitasi. Berbulan-bulan hidup dalam kondisi tak menentu, di bawah tenda yang rentan terhadap perubahan cuaca, tentu sangat menguras fisik dan mental para penyintas.
Sofia Laura dari Desa Sukajadi juga merasakan hal yang sama. Ia terharu saat Presiden Prabowo menyapa langsung warga di bawah tenda pengungsian. Mendekati bulan Ramadan, Sofia berharap bantuan hunian layak segera terealisasi. “Mudah-mudahan kami bisa menempati rumah layak pakai secepatnya. Tidak harus mewah, tapi aman dan ada air bersih,” ucapnya. Keterbatasan akses air bersih, seperti yang disampaikannya, telah memicu masalah kesehatan seperti gatal-gatal, menambah daftar panjang penderitaan yang harus ditanggung warga.

Komitmen Pemerintah dan Respon Cepat Kepala Negara
Dalam dialognya dengan para pengungsi, Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintah untuk bekerja keras mempercepat pemulihan pascabencana. Beliau tidak segan meminta maaf jika masih ada warga yang belum menerima bantuan secara optimal. “Insyaallah pemerintah akan turun membantu semuanya. Saya minta maaf kalau masih ada yang belum. Kita sedang bekerja keras,” kata Presiden, menunjukkan kerendahan hati sekaligus keseriusan dalam penanganan bencana.
Kunjungan Presiden Prabowo ke Aceh Tamiang pada Jumat (12/12) adalah kali ketiga sejak awal Desember 2025. Kunjungan pertama dilakukan pada 1 Desember 2025, disusul kunjungan kedua pada 7 Desember 2025 di Bireuen, dan kunjungan ketiga di Aceh Tamiang. Frekuensi kunjungan ini menggarisbawahi urgensi dan perhatian serius pemerintah pusat terhadap kondisi di Aceh. Dalam setiap kesempatan, Presiden Prabowo menekankan pentingnya respons cepat dan terkoordinasi dari seluruh jajaran pemerintah, baik daerah maupun pusat, demi memulihkan kondisi di lokasi terdampak secepat mungkin.
Pemulihan Aceh dari dampak banjir bandang adalah sebuah marathon, bukan sprint. Meski bantuan pangan dan medis mulai tercukupi, tantangan mendasar seperti penyediaan hunian permanen, sanitasi yang layak, serta pemulihan infrastruktur pendidikan dan ekonomi masih memerlukan upaya besar dan terkoordinasi. Harapan yang menguat setelah kunjungan Presiden ini harus dijaga dan diwujudkan melalui langkah-langkah konkret dan berkelanjutan dari seluruh elemen bangsa.

About applegeekz

Check Also

Gubernur Jateng; Polemik tambang di lereng Slamet sudah ditangani

Polemik Tambang di Lereng Gunung Slamet: Langkah Tegas Gubernur Jawa Tengah Lereng Gunung Slamet, ikon …