...

IHSG Melaju di Tengah Awan ‘Wait and See’: Menanti Keputusan Krusial The Fed dan Dinamika Ekonomi Global 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) memulai pekan kerja dengan langkah positif pada Senin pagi. Penguatan ini terjadi di tengah suasana ‘wait and see’ yang kental di kalangan pelaku pasar, sembari menanti arah kebijakan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat serta sejumlah dinamika ekonomi dan geopolitik global lainnya.

Kinerja Pembukaan IHSG dan Proyeksi Analis

Pada sesi pembukaan perdagangan, IHSG tercatat menguat signifikan sebesar 74,83 poin atau setara 0,90 persen, membawa indeks ke posisi 8.346,55. Tidak hanya IHSG, kelompok 45 saham unggulan yang terangkum dalam indeks LQ45 juga menunjukkan performa impresif, melonjak 9,36 poin atau 1,13 persen, mencapai level 837,46. Kenaikan ini memberikan sinyal optimisme awal meskipun pasar masih cenderung berhati-hati.

Analis pasar memberikan pandangan beragam terkait potensi pergerakan IHSG ke depan. Kepala Riset Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, dalam kajiannya di Jakarta, mengungkapkan bahwa IHSG berpotensi untuk menguji level support di kisaran 8.250-8.200 pada pekan ini. Proyeksi ini mengindikasikan adanya potensi fluktuasi, di mana pasar mungkin akan melakukan konsolidasi atau koreksi minor setelah penguatan awal, seiring dengan berbagai data dan kebijakan yang akan dirilis.

Fokus Global: Kebijakan Moneter The Fed dan Bank Sentral Lain

Sorotan utama pelaku pasar global pada pekan ini tertuju pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang dijadwalkan pada Rabu, 29 Oktober 2025. Konsensus pasar secara luas mengindikasikan ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), yang akan membawa suku bunga acuan The Fed ke kisaran 3,75-4 persen. Penurunan suku bunga ini, jika terealisasi, diharapkan dapat memberikan stimulus bagi perekonomian AS di tengah kekhawatiran perlambatan pertumbuhan dan potensi inflasi yang terkendali.

Keputusan The Fed memiliki dampak domino yang sangat besar bagi pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Penurunan suku bunga AS dapat mengurangi tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, serta berpotensi mendorong aliran modal asing masuk (capital inflow) ke pasar saham dan obligasi Indonesia. Sebaliknya, jika The Fed menunda penurunan atau bahkan memberikan sinyal hawkish, hal itu bisa menimbulkan gejolak dan menekan pasar keuangan.

Selain The Fed, pelaku pasar juga menantikan dengan cermat keputusan suku bunga dari beberapa bank sentral utama lainnya, yaitu European Central Bank (ECB), Bank of Japan (BoJ), serta Bank of Canada. Kebijakan moneter dari institusi-institusi ini akan memberikan gambaran komprehensif mengenai arah ekonomi global dan koordinasi (atau divergensi) kebijakan antarnegara maju, yang pada akhirnya memengaruhi sentimen investasi di pasar berkembang.

Dinamika Geopolitik dan Ekonomi Amerika Serikat

Di samping kebijakan moneter, agenda geopolitik juga turut menjadi perhatian. Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan yang dijadwalkan pada Kamis, 30 Oktober 2025, menjadi momen krusial. Pertemuan ini diharapkan dapat membawa kemajuan dalam negosiasi perdagangan antara kedua negara ekonomi terbesar dunia, yang telah lama diliputi ketegangan. Kesepakatan atau sinyal positif dari pertemuan ini dapat meredakan ketidakpastian global dan mendorong optimisme pasar.

Namun, di sisi lain, isu domestik AS juga menyita perhatian: ‘government shutdown’ atau penutupan pemerintahan AS. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlangsung pada pekan ini, dan berpotensi menjadi shutdown terlama kedua dalam sejarah AS. Penutupan pemerintahan dapat berdampak negatif pada data ekonomi, kepercayaan konsumen, dan tentu saja, sentimen investor. Durasi dan dampak ekonomi dari shutdown ini akan menjadi faktor penting yang diamati pasar.

Faktor Domestik: Musim Laporan Keuangan

Dari dalam negeri, perhatian pelaku pasar tertuju pada musim laporan keuangan periode kuartal III 2025 yang akan dirilis oleh berbagai perusahaan tercatat di BEI. Laporan keuangan ini menjadi indikator penting kesehatan finansial dan performa operasional emiten. Hasil yang positif dari laporan keuangan korporasi, terutama dari sektor-sektor kunci seperti perbankan, konsumer, dan pertambangan, dapat memberikan dorongan kuat bagi IHSG dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi domestik.

Investor akan membedah kinerja penjualan, profitabilitas, serta proyeksi ke depan dari perusahaan-perusahaan ini. Ekspektasi laba yang melebihi perkiraan (earning beats) dapat memicu kenaikan harga saham, sementara hasil yang mengecewakan bisa menyebabkan tekanan jual.

Kilasan Pasar Global Pekan Sebelumnya

Pergerakan positif IHSG di awal pekan ini juga tidak lepas dari sentimen positif yang terbawa dari penutupan bursa saham global pada perdagangan Jumat (24/10/2025) pekan lalu:

  • Eropa: Bursa saham Eropa ditutup menguat kompak. Indeks Euro Stoxx 50 naik 0,11 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,70 persen, dan indeks DAX Jerman menguat 0,13 persen. Hanya indeks CAC Prancis yang cenderung stagnan. Penguatan ini mengindikasikan optimisme di kawasan Eropa meskipun menghadapi tantangan ekonomi.
  • Amerika Serikat (Wall Street): Bursa saham AS di Wall Street juga ditutup menguat signifikan. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 1,01 persen ke level 47.207,12, indeks S&P 500 menguat 0,79 persen ke 6.791,69, dan indeks Nasdaq Composite melonjak 1,15 persen ke 23.204,87. Kinerja positif ini didorong oleh laporan keuangan korporasi yang solid dan optimisme terhadap potensi penurunan suku bunga The Fed.
  • Asia: Sentimen positif ini menular ke bursa saham regional Asia pada Senin pagi. Indeks Nikkei Jepang melonjak 1.089,85 poin atau 2,21 persen ke 50.392,80. Indeks Shanghai China menguat 39,33 poin atau 1,10 persen ke 3.990,25. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 294,80 poin atau 1,13 persen ke 25.676,50. Indeks Strait Times Singapura juga menguat 18,69 poin atau 0,42 persen ke 4.440,07.

Kinerja bursa-bursa utama dunia yang menguat pada akhir pekan lalu memberikan fondasi yang cukup solid bagi penguatan IHSG di awal pekan, meskipun faktor ‘wait and see’ tetap menjadi tema utama yang mewarnai pasar.

Prospek dan Tantangan ke Depan

Dengan berbagai agenda penting baik dari kancah global maupun domestik, pergerakan IHSG ke depan akan sangat dinamis. Investor disarankan untuk mencermati setiap perkembangan terkait kebijakan moneter The Fed, hasil pertemuan Trump-Xi, serta rilis laporan keuangan Q3 2025. Kemampuan pasar untuk menyerap informasi dan bereaksi secara adaptif terhadap ketidakpastian akan menjadi kunci. Penguatan IHSG di awal pekan ini mungkin menjadi cerminan dari harapan positif, namun kewaspadaan tetap diperlukan mengingat kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi pasar.

About applegeekz

Check Also

Mengukir Masa Depan: PM Anwar Ibrahim Dorong Ekosistem Kolaborasi Inovatif ASEAN-Korea Selatan

Kuala Lumpur, Malaysia – Dalam sebuah pernyataan optimis yang menandai era baru kerja sama regional, …