...

Gegar Pidie Jaya: BGN Laporkan Wakil Bupati atas Dugaan Penganiayaan Kepala SPPG Program Makan Bergizi Gratis

Jakarta – Sebuah insiden mengejutkan yang melibatkan seorang pejabat tinggi daerah dan pelaksana program gizi kemanusiaan telah mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Badan Gizi Nasional (BGN) dengan tegas mengecam tindakan penganiayaan yang menimpa Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Desa Sagoe, Muhammad Reza, oleh Wakil Bupati Pidie Jaya, Hasan Basri, pada hari Kamis lalu. Peristiwa ini, yang dilaporkan secara resmi oleh Deputi Pemantauan dan Pengawasan BGN tertanggal 30 Oktober 2025, telah memicu gelombang desakan untuk keadilan dan perlindungan bagi para pekerja kemanusiaan di lapangan.

Wakil Kepala BGN, Sony Sonjaya, menyatakan bahwa BGN tidak akan menoleransi segala bentuk kekerasan terhadap individu yang mengemban tugas mulia dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG). “Program MBG adalah manifestasi semangat kemanusiaan dan gotong royong yang murni. Petugas SPPG bekerja dengan dedikasi tinggi dan tanggung jawab penuh sesuai petunjuk teknis yang berlaku. Oleh karena itu, kekerasan dalam bentuk apa pun terhadap mereka adalah tindakan keji yang mencederai bukan hanya nilai kemanusiaan, tetapi juga profesionalisme dan etika,” tegas Sony dari Jakarta pada Kamis malam, menunjukkan betapa seriusnya BGN menyikapi kasus ini.

Misi Kemanusiaan di Balik Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu inisiatif strategis pemerintah untuk mengatasi masalah gizi, khususnya pada anak-anak dan kelompok rentan di seluruh pelosok Indonesia. Melalui program ini, jutaan penerima manfaat mendapatkan akses terhadap asupan gizi yang layak, yang merupakan pondasi penting bagi pertumbuhan fisik dan mental yang optimal. Di garis depan pelaksanaan program vital ini adalah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), unit-unit kecil di tingkat desa yang beranggotakan relawan dan petugas lokal. Mereka adalah ujung tombak yang memastikan distribusi makanan bergizi berjalan lancar, seringkali dengan menghadapi berbagai tantangan logistik dan sosial di lapangan. Keberadaan mereka sangat krusial, bukan hanya sebagai penyalur bantuan, tetapi juga sebagai penghubung antara pemerintah dan masyarakat, memastikan bahwa setiap bantuan tepat sasaran dan memberikan dampak nyata bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Kronologi Insiden di Desa Sagoe: Kunjungan yang Berujung Kekerasan Fisik

Peristiwa nahas yang menjadi sorotan ini terjadi ketika Wakil Bupati Pidie Jaya, Hasan Basri, melakukan kunjungan mendadak ke SPPG Desa Sagoe di Kecamatan Trienggadeng tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya. Kunjungan seorang pejabat daerah seharusnya menjadi momen pembinaan, pengawasan, dan dukungan moral bagi para pelaksana program. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Berdasarkan keterangan resmi yang diterima BGN, kunjungan tersebut berubah menjadi ajang kekerasan verbal dan fisik.

Laporan BGN secara rinci menyebutkan bahwa Wakil Bupati Hasan Basri sempat melontarkan bentakan keras dan ancaman kepada para relawan yang tengah menjalankan tugasnya. Puncaknya, ia diduga melakukan pemukulan terhadap Kepala SPPG, Muhammad Reza, di hadapan para petugas lainnya yang sedang bekerja. Suasana tegang dan mencekam tersebut baru mereda setelah asisten pribadinya turun tangan untuk melerai. Kejadian ini meninggalkan trauma mendalam bagi Muhammad Reza dan seluruh tim SPPG Desa Sagoe, sekaligus menimbulkan kekhawatiran besar akan keamanan para petugas lapangan di daerah lain. Kekerasan semacam ini tidak hanya mengganggu kelancaran program, tetapi juga merusak semangat gotong royong dan kemanusiaan yang menjadi inti dari inisiatif MBG.

Sikap Tegas BGN: Perlindungan Hukum dan Dukungan Moral untuk Petugas Lapangan

Menanggapi insiden tersebut, BGN telah mengambil langkah tegas. Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menekankan pentingnya perlindungan hukum dan dukungan moral bagi seluruh petugas di lapangan, baik dari pemerintah pusat maupun daerah. “Kami berkomitmen penuh untuk mendampingi korban dan memastikan bahwa proses hukum berjalan transparan dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Tidak ada toleransi bagi tindakan kekerasan, apalagi yang dilakukan oleh pejabat publik terhadap pelaksana program kemanusiaan,” ujar Nanik. Tim pemantauan dan pengawasan wilayah dari BGN juga telah diarahkan untuk segera mendampingi Muhammad Reza dan memastikan ia mendapatkan bantuan hukum serta dukungan psikologis yang diperlukan. Langkah ini diambil untuk mengirimkan pesan jelas bahwa BGN serius dalam melindungi stafnya dan menuntut akuntabilitas bagi pihak yang melakukan pelanggaran.

Dampak dan Implikasi: Menguji Integritas Pejabat Publik dan Keberlanjutan Program

Insiden penganiayaan yang melibatkan seorang wakil bupati ini memiliki dampak yang jauh melampaui korban langsung. Secara luas, hal ini mengikis kepercayaan publik terhadap integritas dan etika para pejabat negara. Masyarakat berharap para pemimpin daerah menjadi teladan dan pelindung, bukan sebaliknya. Kekerasan semacam ini dapat menciptakan iklim ketakutan di antara para relawan dan petugas lapangan, menghambat kerja-kerja kemanusiaan, dan berpotensi mengganggu keberlangsungan program penting seperti MBG. Pertanyaan mendasar muncul: jika pejabat selevel wakil bupati bisa bertindak sewenang-wenang, bagaimana nasib perlindungan bagi warga biasa atau relawan di daerah terpencil? Sebelumnya, Kepala SPPG bersama relawan dan koordinator wilayah telah melaporkan insiden ini kepada Bupati Pidie Jaya, yang kemudian menyarankan agar pihak SPPG menempuh jalur hukum bila tidak dapat menerima perlakuan tersebut, menandakan bahwa jalur hukum adalah pilihan yang didukung oleh otoritas setempat.

Komitmen BGN: Menjamin Keamanan dan Keberlanjutan Program MBG

Meskipun dihadapkan pada insiden yang tidak menyenangkan ini, BGN memastikan bahwa kegiatan penyediaan MBG di Desa Sagoe tetap berjalan normal. Komitmen terhadap keberlanjutan program ini sangatlah vital, mengingat jutaan anak Indonesia bergantung pada asupan gizi yang disediakan. Dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah, BGN terus menegaskan tekadnya untuk mengawal keamanan dan kenyamanan seluruh petugas SPPG di lapangan. Hal ini bukan hanya demi kelancaran program MBG itu sendiri, tetapi juga untuk menjaga moral dan semangat para pahlawan gizi yang tanpa lelah bekerja demi masa depan bangsa. BGN bertekad bahwa insiden ini tidak akan menggoyahkan dedikasi mereka, melainkan justru memperkuat tekad untuk memastikan bahwa lingkungan kerja yang aman dan kondusif selalu tercipta bagi setiap petugas.

Penutup: Desakan Keadilan dan Apresiasi untuk Pahlawan Gizi

Kasus penganiayaan di Pidie Jaya ini adalah pengingat keras akan pentingnya penegakan hukum dan akuntabilitas bagi semua, terutama bagi mereka yang memegang jabatan publik. BGN berdiri teguh di samping para petugas SPPG, menuntut keadilan bagi Muhammad Reza, dan memastikan bahwa insiden serupa tidak terulang di masa depan. Peristiwa ini harus menjadi momentum untuk memperkuat perlindungan bagi para pekerja kemanusiaan di seluruh Indonesia, yang dengan gigih berjuang demi kesejahteraan masyarakat. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, dan sudah sepatutnya kita semua menjamin keamanan dan kehormatan mereka.

About applegeekz

Check Also

Kawan Lama Group Tanam 25.000 Pohon: Wujudkan Bumi Lebih Hijau Hingga 2027

Deforestasi di Indonesia: Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan Indonesia, dengan kekayaan hutan tropisnya, menghadapi …