...

Amuk Massa Berujung Maut di Cengkareng: Pencuri Motor Tewas Mengenaskan, Sorotan Keadilan Jalanan

Jakarta Barat kembali digemparkan oleh sebuah insiden tragis yang menyoroti batas tipis antara keadilan dan main hakim sendiri. Seorang pria berinisial W (31), asal Lampung, yang diduga merupakan pelaku pencurian sepeda motor, tewas setelah menjadi sasaran amukan massa di kawasan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. Kejadian memilukan ini menambah daftar panjang kasus ‘keadilan jalanan’ yang berujung fatal, memicu pertanyaan mendalam mengenai penegakan hukum dan respons masyarakat terhadap kejahatan.

Kronologi Dramatis: Dari Aksi Curanmor Hingga Pengejaran Sengit

Peristiwa nahas ini bermula ketika W mencoba melancarkan aksinya di area parkiran pemancingan, Jalan Kresek Raya, Duri Kosambi. Sasarannya adalah sebuah sepeda motor milik seorang pedagang keripik singkong. Dengan modus yang sudah sering terjadi, W berhasil membobol kunci kontak motor dan mulai mendorongnya menjauh dari lokasi. Niatnya untuk kabur dengan hasil curiannya sempat berjalan lancar sejauh kurang lebih 100 meter.

Namun, nasib berkata lain. Korban pencurian, sang pedagang keripik singkong, dengan sigap menyadari motornya raib. Tanpa buang waktu, ia segera mengejar W. Aksi kejar-kejaran pun tak terhindarkan. Pertarungan fisik untuk memperebutkan motor sempat terjadi di tengah jalan, di mana korban berupaya menarik kembali miliknya dari tangan pelaku. Dalam perebutan yang sengit itu, W akhirnya kalah dan memutuskan untuk melarikan diri dengan berjalan kaki, masuk lebih dalam ke permukiman padat penduduk.

Ancaman Senjata Api yang Tak Mempan dan Titik Akhir Pelarian

Pengejaran oleh korban segera menarik perhatian warga sekitar. Teriakan ‘maling’ menggema, memicu respons spontan dari penduduk yang mulai berbondong-bondong ikut mengejar W. Dalam kepanikan dan desperate, W sempat mengeluarkan sebuah senjata api berupa pistol. Ini adalah upaya terakhirnya untuk menakut-nakuti massa yang semakin beringas dan mengepungnya. Namun, ancaman itu ternyata tidak cukup untuk menghentikan laju amarah warga. Pistol tersebut hanya dikeluarkan tanpa ditembakkan, mungkin karena macet, tidak terisi peluru, atau pelaku memang tidak berniat melukai, hanya mengancam. Keberanian warga tak surut, mereka tetap mengejar W dengan tekad bulat.

Pelarian W yang semakin terpojok akhirnya menemui jalan buntu. Ia berlari masuk ke sebuah gang sempit yang dikenal sebagai Gang Masjid Al Hikmah. Tanpa disadarinya, gang tersebut adalah labirin tanpa celah keluar, sebuah jebakan maut. Di sinilah, dikelilingi oleh tembok-tembok rumah warga dan tanpa jalan keluar, W tertangkap oleh gerombolan massa yang telah membengkak jumlahnya.

Amuk Massa yang Brutal dan Kondisi Kritis Sang Pelaku

Begitu tertangkap, W langsung menjadi sasaran pengeroyokan membabi buta. Ketua RT 006 RW 008 Duri Kosambi, Muslih, yang menyaksikan kondisi pelaku saat diamankan kepolisian, menggambarkan betapa parahnya amuk massa tersebut. “Kalau melihat kondisi pelaku, memang yang namanya massa, parah, habis itu jadi sasaran massa,” ujar Muslih, menggambarkan tingkat kekerasan yang diterima W. Pria asal Lampung itu ditemukan dalam kondisi babak belur, berlumuran darah, dan sudah tidak sadarkan diri. Meskipun demikian, Muslih mengonfirmasi bahwa saat polisi tiba dan mengamankan W ke Mapolsek Cengkareng, pelaku masih bernapas dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan, meskipun dalam keadaan sangat kritis.

Kanit Reskrim Polsek Cengkareng, Iptu Aang Kaharudin, membenarkan bahwa ketika aparat kepolisian tiba di lokasi kejadian, W sudah dalam kondisi luka parah akibat pengeroyokan. Melihat kondisi W yang genting, petugas segera membawanya ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk mendapatkan penanganan medis intensif. Tim medis berjuang keras untuk menyelamatkan nyawa W yang sudah di ambang batas.

Perjalanan Akhir dan Duka Keluarga

Meskipun telah mendapatkan perawatan di RS Polri Kramat Jati, luka-luka serius yang diderita W akibat amuk massa terbukti terlalu parah. Beberapa jam setelah dirawat, nyawa W tidak tertolong. Ia dinyatakan meninggal dunia pada malam hari, 27 Oktober. Berita kematian W segera disampaikan kepada keluarganya. Menurut Iptu Aang Kaharudin, pihak keluarga dari Lampung telah mendatangi rumah sakit untuk menjemput jenazah dan mengurus proses pemakaman. Tragedi ini tidak hanya mengakhiri hidup W secara tragis tetapi juga meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya, serta menjadi pengingat pahit akan bahaya main hakim sendiri.

Refleksi Hukum dan Keadilan Jalanan di Tengah Frustrasi Publik

Kasus kematian W akibat amuk massa kembali mengangkat isu sensitif mengenai ‘keadilan jalanan’ atau _street justice_. Meskipun tindakan pencurian adalah kejahatan yang merugikan dan meresahkan masyarakat, pengeroyokan hingga mengakibatkan kematian adalah pelanggaran hukum berat. Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan proses hukum yang adil, terlepas dari kejahatan yang dituduhkan kepadanya. Tindakan main hakim sendiri tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga menunjukkan adanya frustrasi publik terhadap sistem penegakan hukum yang terkadang dirasa lambat atau kurang efektif.

Ketua RT Muslih, meski mengakui parahnya kondisi W akibat amuk massa, juga mengungkapkan bahwa respons emosional warga seringkali dipicu oleh tingkat kekesalan yang mendalam terhadap maraknya kasus pencurian dan kurangnya rasa aman. Namun, penting untuk diingat bahwa emosi yang meluap tidak boleh menggeser fungsi negara dalam menegakkan hukum. Para pelaku pengeroyokan, meskipun bertindak atas dasar amarah dan mungkin merasa membela diri atau lingkungan, tetap berpotensi menghadapi tuntutan hukum atas tindakan mereka.

Imbauan dan Pencegahan: Mencegah Terulangnya Tragedi Serupa

Pihak kepolisian terus mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri. Apabila terjadi tindak kejahatan, masyarakat diminta untuk segera melapor kepada pihak berwajib agar kasus dapat ditangani sesuai prosedur hukum yang berlaku. Tindakan preventif juga menjadi kunci, seperti meningkatkan kewaspadaan, memasang kunci pengaman tambahan pada kendaraan, serta mengaktifkan sistem keamanan lingkungan melalui patroli warga atau pemasangan CCTV.

Tragedi di Duri Kosambi ini adalah cerminan kompleksitas sosial di perkotaan. Di satu sisi, ada pelaku kejahatan yang meresahkan, di sisi lain ada masyarakat yang jengkel dan merasa terancam, yang kemudian berujung pada tindakan main hakim sendiri yang fatal. Kasus ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak: kepolisian untuk meningkatkan respons dan penegakan hukum, serta masyarakat untuk tetap mempercayakan proses hukum kepada aparat yang berwenang, demi mencegah terulangnya insiden tragis serupa yang merenggut nyawa dan meninggalkan pertanyaan besar tentang moralitas dan keadilan.

About applegeekz

Check Also

Terkuak: Minimnya Kontribusi Industri Terhadap Riset Nasional dan Tawaran Kolaborasi Emas dari BRIN

Menguak Realitas Kontribusi Riset Industri Nasional Ekosistem riset dan inovasi adalah jantung dari kemajuan sebuah …