...

Komdigi Tegaskan Komitmen Perkuat Ekosistem Inklusi Digital bagi Semua Masyarakat Indonesia

JAKARTA – Aksesibilitas terhadap ekosistem digital bagi individu dengan disabilitas menjadi sangat penting dalam upaya menciptakan inklusi bagi semua lapisan masyarakat. Dalam rangka untuk merealisasikan tujuan ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah menegaskan komitmennya untuk meningkatkan ekosistem digital yang ramah bagi semua pengguna, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan.

Sekretaris Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media Komdigi, Very Radian, menekankan bahwa inklusi digital bukanlah sekadar jargon, melainkan sebuah proses kolaborasi yang memerlukan keterlibatan banyak pihak. “Inklusif tidak hanya menekankan pada hasil akhir, tetapi juga pada usaha kolektif yang harus melibatkan berbagai elemen masyarakat,” ungkap Very dalam sambutannya di acara SIMPHONI: Sinergi Museum Penerangan untuk Harmoni Digital Inklusif yang berlangsung di Museum Penerangan TMII pada Senin, 8 Desember 2025.

Very juga menyoroti pentingnya penyebaran informasi yang terstruktur dan dapat diakses dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah bertujuan untuk menyediakan ruang setara bagi semua warga negara untuk berkontribusi dan tumbuh dalam ekosistem digital.

Selanjutnya, Komdigi juga menggarisbawahi pentingnya regulasi yang memastikan akses digital yang adil bagi setiap orang, termasuk perlindungan bagi generasi muda. Salah satu regulasi kunci yang diperkenalkan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Perlindungan Anak di Ruang Digital (PP Tunas). Ini mencakup peluncuran platform TunasDigital.id, sebuah portal edukasi dan literasi digital terintegrasi untuk keluarga-keluarga di Indonesia.

Very menambahkan, “Kami berharap platform ini dapat berfungsi sebagai pelindung utama bagi orang tua, terutama ibu, dalam memantau anak-anak mereka saat berselancar di internet. Ini adalah langkah nyata dukungan pemerintah kepada masyarakat,” tegasnya.

Acara SIMPHONI juga menghadirkan Angkie Yudistia, mantan Staf Khusus Presiden yang juga merupakan penyandang disabilitas Hard of Hearing. Dalam kesempatan itu, Angkie berbagi pengalamannya sebagai seorang aktivis yang terlibat aktif dalam pembuatan tujuh Peraturan Pemerintah dan dua Peraturan Presiden yang fokus pada pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. “Negara tidak boleh absen dari tanggung jawabnya dalam menciptakan ekosistem yang adil dan setara,” ungkap Angkie.

Ia menekankan bahwa penyandang disabilitas tak memerlukan belas kasihan, tetapi kesempatan yang setara untuk berpartisipasi dalam seluruh aspek kehidupan. “Negara harus proaktif membangun dukungan bagi penyandang disabilitas di sektor kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi,” tambahnya.

Melalui acara ini, penyandang disabilitas menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkarya, dengan penampilan musik serta berbagai karya kreatif yang ditampilkan. Very kembali menegaskan, “Disabilitas seharusnya dipandang sebagai keunikan dan potensi, bukan halangan. Mereka juga bisa berkarya dan berinovasi seperti orang lain.” Dengan semangat ini, diharapkan semua peserta dapat kembali dengan inspirasi untuk mendukung inklusi digital di berbagai aspek kehidupan mereka.

Acara yang dipandu oleh Natalia Endey ini juga diwarnai penampilan oleh Koste Band, komunitas POTADS, bazaar UMKM Kopi Kamu, serta pameran seni dari komunitas disabilitas. SIMPHONI berperan sebagai forum untuk menjembatani pemerintah, komunitas, UMKM, dan masyarakat umum dalam menciptakan budaya digital yang inklusif dan harmonis di Indonesia.

(Sumber: Rahman Asmardika)

About applegeekz

Check Also

EDGE DC Resmi Rebranding Jadi Digital Edge Indonesia, Perkuat Infrastruktur Digital Nasional

JAKARTA – Perubahan nama dan identitas perusahaan menjadi Digital Edge Indonesia dari sebelumnya EDGE DC …