Pendahuluan
Pada tanggal 26 November 2025, Apple resmi mengajukan permohonan di Pengadilan Tinggi Delhi, India, untuk membatalkan sebuah undang-undang antimonopoli yang dapat menyebabkan perusahaan tersebut dikenakan denda yang sangat besar akibat dugaan penyalahgunaan posisi pasar. Perseteruan hukum ini muncul di tengah konflik antara raksasa teknologi tersebut dan Match Group, pemilik aplikasi kencan paling populer, Tinder.
Latar Belakang Undang-Undang Antimonopoli
Setahun yang lalu, India meluncurkan undang-undang yang memberikan kekuasaan kepada Komisi Persaingan Usaha India (CCI) untuk mengenakan denda berdasarkan total pendapatan global perusahaan. Dengan adanya regulasi baru ini, Apple menghadapi potensi denda yang setara dengan 10 persen dari pendapatan globalnya, yang diperkirakan dapat mencapai $38 miliar atau sekitar Rp 580 triliun. Perwakilan Apple menyatakan bahwa penerapan denda berdasarkan omset global adalah tindakan yang dianggap “tidak adil, tidak konstitusional, dan sangat tidak proporsional.”
Tuntutan yang Diajukan Apple
Dalam dokumen yang diajukan ke pengadilan, Apple menegaskan keinginannya agar denda dikenakan berdasarkan pendapatan yang diperoleh di India, bukan dari total pendapatan globalnya. Hal ini menjadi salah satu isu utama dalam perdebatan kasus tersebut, di mana Apple berargumen bahwa pendekatan CCI bisa mengancam kelangsungan bisnisnya di negara tersebut.
Sengketa Antimonopoli dan Temuan CCI
Sejak tahun 2022, Apple terlibat dalam serangkaian sengketa hukum terkait kebijakan antimonopoli di India. CCI sebelumnya telah mengeluarkan beberapa laporan yang menuduh Apple melaksanakan “praktek merugikan” dengan memaksa pengembang untuk menggunakan metode pembelian dalam aplikasi mereka. Namun, laporan-laporan tersebut kemudian dicabut karena mengandung informasi bisnis yang bersifat rahasia. Meskipun proses hukum masih berlangsung, hakim belum memberikan keputusan akhir dan hingga kini, Apple belum secara resmi terkena denda.
Apple berpendapat bahwa mereka hanya memiliki pangsa pasar yang kecil di India, dengan dominasi perangkat Android yang jauh lebih kuat. Mereka mengklaim bahwa langkah-langkah yang diambilnya sesuai dengan kondisi pasar yang ada.
Proses Hukum dan Pentingnya Penanganan Kasus
Dalam pengajuan terbarunya, Apple mengungkapkan keprihatinan mengenai penerapan undang-undang denda baru oleh CCI pada 10 November, yang berkaitan dengan pelanggaran dari kasus yang tidak ada hubungannya dengan Apple, mengakibatkan denda dijatuhkan untuk pelanggaran yang terjadi satu dekade lalu. Apple menyatakan bahwa mereka “tidak memiliki pilihan lain” kecuali menantang undang-undang ini secara konstitusional agar tidak disamakan dengan kasus lain yang dapat berpotensi membawa mereka pada penalti retrospektif yang merugikan.
Tanggapan dari Match Group
Sementara itu, Match Group berpendapat bahwa denda yang tinggi, berdasarkan omset global, akan memberikan efek jera bagi perusahaan lain untuk tidak mengulangi pelanggaran antimonopoli. Mereka meyakini bahwa tindakan ini sangat penting untuk membangun situasi pasar yang adil dan kompetitif. Pengadilan direncanakan untuk mendengarkan permohonan ve Apple pada 3 Desember mendatang, dan keputusan ini diharapkan dapat berdampak signifikan terhadap penyelesaian kasus antimonopoli di India.
Kesimpulan
Kasus yang melibatkan Apple dan CCI mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh perusahaan teknologi dalam pasar yang terus berkembang dan diawasi ketat, seperti India. Dengan potensi denda yang mencapai milyaran dolar, hasil dari proses hukum ini sangat penting tidak hanya bagi Apple, tetapi juga untuk seluruh ekosistem industri teknologi di India. Langkah hukum yang diambil oleh Apple untuk mendiskusikan kembali undang-undang ini menyoroti pentingnya regulasi yang adil dan transparan di ranah bisnis modern.
Apple Technos Memberikan informasi terkini khususnya teknologi dan produk apple