...

Menag Hingga Arsjad Tekankan Pentingnya Peran Etika dalam Pengembangan dan Penggunaan AI

JAKARTA – Dalam rangka penutupan Scholas Chairs Congress ke-10, Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, bersama Co-Founder 5P Global Movement, Arsjad Rasjid, menegaskan pentingnya penerapan nilai-nilai etika dalam pengembangan dan aplikasi kecerdasan buatan (AI). Acara yang diselenggarakan oleh Scholas Occurrentes, sebuah organisasi internasional yang berada di bawah naungan Vatikan dan berfokus pada dialog antarbudaya serta kemanusiaan, menghadirkan partisipasi anggota parlemen dari Italia dan tamu undangan lainnya.

Dalam pidatonya, Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan bahwa meskipun teknologi AI terus berkembang pesat, pengawasan yang ketat merupakan keharusan untuk memastikan perkembangan tersebut berada di jalur yang benar. Menurutnya, dunia saat ini menghadapi tantangan seperti fragmentasi sosial dan menurunnya kepercayaan di antara kelompok masyarakat, yang diperburuk oleh penyebaran informasi yang tidak akurat dan rasa takut yang tidak berdasar.

“Dalam konteks ini, sangat penting untuk memiliki kerangka etika dalam pengembangan AI, di mana nilai-nilai agama dapat memberikan arah yang jelas. Kita perlu menghindari potensi dampak negatif, maksimalisasi manfaat, serta menjaga martabat serta kebebasan umat manusia,” jelas Nasaruddin.

Lebih lanjut, Nasaruddin juga mengungkapkan mengenai Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 yang ditandatangani bersama almarhum Paus Fransiskus. Deklarasi ini menekankan pentingnya integrasi antara iman dan rasio, yang semakin relevan di tengah pesatnya perubahan teknologi.

Dia juga menegaskan bahwa di Indonesia, simbol dari harmoni antarumat beragama dapat dilihat pada hubungan antara Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta yang terhubung oleh Terowongan Silaturahmi. “Ini menggambarkan nilai-nilai spiritual yang dapat menjadi fondasi kuat saat menghadapi era digital yang semakin beragam dan kompleks,” ungkapnya.

Risiko dan Peluang Kecerdasan Buatan Menurut Arsjad Rasjid

Dalam kesempatan yang sama, Arsjad Rasjid menyampaikan pandangannya mengenai AI yang tidak hanya menawarkan potensi besar, tetapi juga menghadirkan risiko yang signifikan bagi masyarakat. Ia menekankan bahwa tantangan yang dihadapi baik oleh Italia maupun Indonesia terkait dengan polarisasi, propaganda digital, dan ketakutan masyarakat terhadap dampak teknologi sangatlah mirip.

“Seluruh dunia, termasuk Indonesia dan Italia, sedang menghadapi tantangan yang serupa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengarahkan teknologi AI ke hal-hal yang lebih manusiawi dengan mengintegrasikan nilai-nilai etika dan kemanusiaan,” tegas Arsjad.

Arsjad juga menyampaikan bahwa semua pihak diharapkan berkontribusi dalam membentuk perilaku digital yang positif di masyarakat. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi Dewan Masjid Indonesia (DMI), ia mengangkat inisiatif untuk menjadikan masjid sebagai pusat literasi digital dan pemberdayaan masyarakat.

“Nilai-nilai etika sangat signifikan sebagai pedoman bersama dalam menciptakan tata kelola AI yang aman dan inklusif. Kita tidak boleh melupakan bahwa setiap kemajuan teknologi harus berakar pada nilai-nilai kemanusiaan. Etika adalah fondasi agar teknologi AI dapat berpihak pada manusia,” tutup Arsjad dengan keyakinan yang kuat.

Diskusi ini menyoroti sinergi antara perspektif etis dan spiritual dari Menteri Agama RI serta pandangan sosial dan teknologi dari Arsjad Rasjid, yang sama-sama menekankan bahwa nilai-nilai dan etika memiliki peran penting dalam memastikan bahwa perkembangan AI dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan memberi manfaat bagi masyarakat.

About applegeekz

Check Also

iFixit Luncurkan Aplikasi Perbaikan iOS Gratis dengan FixBot Berbasis AI

Pada tanggal 9 Desember 2025, iFixit resmi memperkenalkan aplikasi baru yang dapat diunduh tanpa biaya …