...

Menhan ingatkan prajurit TNI harus dekat dan harmonis dengan rakyat

Dalam setiap sendi kehidupan berbangsa, hubungan harmonis antara aparat keamanan dan rakyat selalu menjadi fondasi utama. Prinsip ini kembali digaungkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, saat kunjungan kerjanya di Bumi Serambi Mekkah. Menhan Sjafrie secara tegas mengingatkan seluruh prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat akan krusialnya menjaga kedekatan dan keharmonisan dengan masyarakat. Pesan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah amanat mendalam yang berakar pada sejarah panjang pembentukan TNI itu sendiri, yang lahir dari rahim perjuangan rakyat.

Fondasi Kekuatan: TNI Lahir dari Rakyat, untuk Rakyat
Pernyataan Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, “Tanpa rakyat, kita bukan siapa-siapa. Jagalah kedekatan dengan rakyat, karena mereka adalah kekuatan utama kita,” menggema kuat sebagai pengingat akan esensi keberadaan TNI. Filosofi ini bukan hal baru; ia adalah jiwa dari ‘Tentara Rakyat, Tentara Pejuang’ yang menjadi identitas TNI sejak awal kemerdekaan. Rakyat adalah sumber daya manusia, sumber intelijen, serta benteng pertahanan paling kokoh di setiap wilayah. Kedekatan yang tulus memupuk rasa saling percaya, yang pada gilirannya akan mempermudah pelaksanaan tugas-tugas pembinaan teritorial, operasi kemanusiaan, bahkan dalam menghadapi potensi ancaman keamanan.
Sejarah mencatat, kekuatan TNI selalu tak terpisahkan dari dukungan penuh rakyat. Dari masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, hingga tantangan kontemporer seperti bencana alam atau ancaman terorisme, peran serta masyarakat selalu menjadi faktor penentu keberhasilan. Oleh karena itu, Menhan Sjafrie menekankan bahwa setiap prajurit wajib bersikap ramah, empati, dan proaktif dalam membantu kesulitan masyarakat. Ini bukan hanya tentang tugas, tetapi juga tentang membangun ikatan batin yang abadi, menjadikan TNI sebagai bagian tak terpisahkan dari denyut nadi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Meninjau Kesiapan dan Memperkuat Moral Prajurit di Aceh
Kunjungan kerja Menhan Sjafrie Sjamsoeddin kali ini berpusat di Markas Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan (Yonif TP) 857/Gana Gajahsora (GG) di Kabupaten Pidie, Aceh. Lokasi ini dipilih bukan tanpa alasan, mengingat Aceh memiliki sejarah panjang dan tantangan geografis serta sosiologis yang unik. Dalam kunjungannya, yang turut didampingi oleh Pangdam IM Mayor Jenderal TNI Joko Hadi Susilo, Menhan meninjau langsung kesiapan operasional satuan teritorial. Ini termasuk pemeriksaan fasilitas vital seperti dapur umum dan barak prajurit, memastikan bahwa kondisi fisik dan logistik para prajurit berada dalam kondisi optimal untuk menjalankan tugas.
Aspek pembinaan prajurit menjadi sorotan utama. Menhan Sjafrie memahami betul bahwa moral dan kesejahteraan prajurit adalah penentu performa di lapangan. Dengan melihat langsung kondisi di lapangan, diharapkan dapat diidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan atau peningkatan dukungan. Kunjungan semacam ini juga berfungsi sebagai suntikan semangat, menunjukkan perhatian pimpinan tertinggi kepada prajurit di garda terdepan, sekaligus mengukuhkan komitmen Kementerian Pertahanan dalam memastikan setiap satuan memiliki kapasitas yang memadai untuk menjaga kedaulatan negara.

Disiplin dan Identitas Prajurit: Kunci Kesiapsiagaan Pertahanan
Selain soal kedekatan dengan rakyat, Menhan Sjafrie juga memberikan penekanan serius terhadap aspek disiplin dan identitas prajurit TNI. “Disiplin adalah kunci utama dalam setiap pelaksanaan tugas. Prajurit harus siap bertempur menghadapi segala ancaman negara, dan semuanya berawal dari kedisiplinan yang tinggi,” tegasnya. Disiplin bukan sekadar kepatuhan pada aturan, melainkan sebuah mentalitas yang membentuk prajurit tangguh, profesional, dan berdedikasi. Di era modern ini, ancaman negara semakin kompleks, menuntut prajurit yang tidak hanya memiliki kemampuan tempur mumpuni, tetapi juga integritas moral yang tak tergoyahkan.
Menhan mengingatkan para prajurit untuk senantiasa memegang teguh nilai-nilai luhur Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Kedua pedoman ini adalah pijakan etika dan moral yang mengarahkan setiap tindakan prajurit, menjaga kehormatan diri dan kehormatan satuan. Integritas prajurit adalah cerminan kekuatan TNI. Dengan disiplin yang kuat dan identitas yang jelas, TNI akan mampu menjalankan tugasnya sebagai penjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa Indonesia dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Sinergi TNI-Polri dan Solidaritas Internal: Menjaga Stabilitas Nasional
Dalam konteks keamanan nasional, Menhan Sjafrie juga tidak luput menyoroti pentingnya sinergi dan kolaborasi antara TNI dan Polri. Stabilitas keamanan sebuah negara tidak dapat diemban oleh satu institusi saja; dibutuhkan kerjasama yang erat, saling mendukung, dan menghargai peran masing-masing. Oleh karena itu, prajurit TNI ditekankan untuk menghindari segala bentuk tindakan kekerasan, baik yang bersifat internal di dalam satuan maupun antar-satuan dengan institusi lain, khususnya Polri. Konflik internal atau antar-institusi hanya akan merusak citra aparat keamanan dan melemahkan kekuatan pertahanan negara.
Konsep ‘Jiwa Korsa,’ yang seringkali disalahartikan, turut diluruskan oleh Menhan. “Jiwa korsa harus dijaga dan dimaknai untuk memperkuat solidaritas, bukan untuk menonjolkan arogansi atau merusak keharmonisan,” ujarnya. Jiwa korsa yang positif adalah fondasi persatuan dalam sebuah tim, memotivasi prajurit untuk saling mendukung dan bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama. Namun, jika jiwa korsa diartikan sebagai pembelaan buta terhadap kesalahan individu atau kelompok, apalagi berujung pada tindakan arogansi dan kekerasan, maka ia akan menjadi racun yang merusak tatanan dan kepercayaan publik. Pesan ini menegaskan kembali pentingnya profesionalisme dan ketaatan hukum di atas segalanya, demi terciptanya stabilitas keamanan yang berkelanjutan di seluruh penjuru Tanah Air.

Menjaga Amanat Bangsa dan Negara
Kunjungan dan arahan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Pidie, Aceh, bukan sekadar agenda rutin. Ini adalah penegasan kembali nilai-nilai fundamental yang harus dipegang teguh oleh setiap prajurit TNI. Dari kedekatan dengan rakyat, disiplin yang kokoh, hingga sinergi antar-institusi, semua elemen ini adalah pilar-pilar penting dalam membangun kekuatan pertahanan negara yang tangguh dan dicintai rakyatnya. Dengan menginternalisasi pesan-pesan ini, diharapkan TNI akan terus menjadi garda terdepan penjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI, seraya tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat yang mereka lindungi.

About applegeekz

Check Also

Pramono harap peresmian Gereja HKI berikan pelayanan terbaik

Jakarta – Ibu Kota Jakarta kembali mengukir jejak harmoni dan pembangunan spiritual dengan diresmikannya Gereja …