Lebih dari satu abad telah berlalu sejak berdirinya Muhammadiyah, sebuah organisasi Islam yang tak hanya menjadi pilar keagamaan, tetapi juga lokomotif kemajuan sosial dan kemanusiaan di Indonesia. Menginjak usia 113 tahun pada rentang waktu 1912 hingga 2025, Muhammadiyah telah mengukir jejak emas kontribusi yang tak terhitung jumlahnya, menjadikannya salah satu kekuatan transformatif terbesar di negeri ini.
Sebagai ‘kakak’ dari dua organisasi Islam terbesar di Indonesia—di samping Nahdlatul Ulama (NU)—Muhammadiyah lahir lebih awal pada 18 November 1912. Kelahirannya mendahului NU yang didirikan empat belas tahun kemudian, yakni 31 Januari 1926. Meskipun berbeda dalam latar belakang dan fokus awalnya, kedua gerakan ini saling melengkapi, menyempurnakan, dan bersama-sama membentuk mozaik dakwah Islam yang kaya di Indonesia. Jika NU lebih dikenal sebagai ‘Kebangkitan Ulama’ dengan akar pesantren tradisional, Muhammadiyah hadir sebagai ‘persyarikatan’ yang membumikan ajaran Islam melalui pendekatan modern dan progresif.
Daftar Isi
Melampaui Batas Waktu: Kelahiran dan Visi Progresif KH Ahmad Dahlan
Muhammadiyah didirikan oleh seorang visioner bernama KH Ahmad Dahlan, yang nama aslinya adalah Muhammad Darwis. Gagasan pendiriannya berakar kuat pada pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an, khususnya Surat Al-Ma’un. KH Ahmad Dahlan melihat bahwa ayat-ayat tentang ‘pendusta agama’ (yang acuh terhadap anak yatim dan orang miskin) harus diterjemahkan menjadi aksi nyata, bukan sekadar ritualistik. Dari sinilah lahir gerakan yang berorientasi pada pencerahan umat dan bangsa melalui amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial.
Visi KH Ahmad Dahlan adalah membangun masyarakat Islam yang maju, tercerahkan, dan mandiri, sebuah konsep yang kini dikenal sebagai ‘Islam Berkemajuan’. Ini berarti Islam yang tidak hanya berdimensi spiritual, tetapi juga mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, dan ekonomi. Filosofi ini menjadi fondasi bagi Muhammadiyah untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan tantangan zaman, memastikan ajaran Islam relevan dan memberikan solusi konkret bagi permasalahan umat dan bangsa.
Dua Pilar Dakwah Bangsa: Sinergi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama
Penting untuk memahami bahwa Muhammadiyah dan NU, meskipun memiliki perbedaan, sesungguhnya adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi dalam menggarap dakwah di Indonesia. Muhammadiyah, dengan corak modernisnya, fokus pada gerakan pendidikan formal modern, rumah sakit, dan pelayanan kemanusiaan yang terstruktur (representasi kuat dari hablumminannas atau hubungan baik antar sesama manusia).
Sebaliknya, NU lebih mengakar pada pendidikan tradisional berbasis pesantren dan madrasah, serta penguatan ajaran keagamaan di skala desa dan komunitas (lebih kuat dalam aspek hablumminallah atau hubungan dengan Tuhan, serta pelestarian tradisi). Keduanya berjalan seiring, mengisi kekosongan, dan menyempurnakan dakwah Islam di Indonesia. Muhammadiyah cenderung fokus pada sisi sosial-kemasyarakatan dan pembaruan, sementara NU menjaga tradisi keagamaan yang kuat dan akar budaya lokal. Sinergi ini telah membuktikan bahwa Islam di Indonesia adalah kekuatan yang dinamis, adaptif, dan multikultural.
Mengukir Peradaban: Kontribusi Nyata dalam Pendidikan dan Kesehatan
Dalam rentang 113 tahun perjalanannya, Muhammadiyah telah menjelma menjadi sebuah gerakan yang sangat dinamis dan memiliki dampak luar biasa di berbagai sektor. Kontribusi paling menonjol tentu saja adalah di bidang pendidikan. Ratusan, bahkan ribuan, amal usaha pendidikan telah didirikan, mulai dari taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA)/kejuruan, hingga perguruan tinggi. Universitas Muhammadiyah, sebagai contoh, tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia, mencetak jutaan lulusan yang berkiprah di berbagai bidang dan turut serta dalam pembangunan bangsa.
Selain pendidikan, sektor kesehatan juga menjadi prioritas utama. Muhammadiyah memiliki jaringan rumah sakit dan klinik yang sangat luas, tersebar dari Sabang hingga Merauke. Pelayanan kesehatan yang modern dan berbasis nilai-nilai kemanusiaan ini telah membantu jutaan masyarakat mendapatkan akses layanan medis yang berkualitas, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Gerakan ini juga aktif dalam berbagai misi kemanusiaan, penanganan bencana, dan program pemberdayaan masyarakat, menegaskan komitmennya terhadap hablumminannas yang universal.
Menyemai Kebaikan Global: Jejak Muhammadiyah di Kancah Internasional
Pengaruh Muhammadiyah tidak hanya terbatas di dalam negeri. Semangat ‘Islam Berkemajuan’ dan kontribusi nyata Muhammadiyah telah melampaui batas geografis Indonesia. Organisasi ini telah menunjukkan peran dan eksistensinya di berbagai negara, termasuk Malaysia dan Australia, melalui pendirian cabang-cabang istimewa, lembaga pendidikan, hingga pusat-pusat dakwah. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang diemban Muhammadiyah, seperti modernitas, toleransi, dan kemanusiaan, memiliki relevansi global dan mampu diterima di berbagai konteks budaya dan sosial.
Kehadiran Muhammadiyah di kancah internasional bukan hanya sekadar ekspansi, melainkan juga cerminan dari visi global untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Ini adalah upaya konkret untuk menunjukkan wajah Islam yang moderat, progresif, dan memberikan solusi bagi tantangan global.
Islam Berkemajuan: Fondasi Gerakan dan Visi Masa Depan
Seluruh kontribusi dan jejak langkah Muhammadiyah selama 113 tahun ini bermuara pada satu konsep sentral: Islam Berkemajuan. Ini adalah sebuah ideologi yang mendorong umat Islam untuk tidak jumud, melainkan terus bergerak maju, beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta aktif terlibat dalam memecahkan permasalahan dunia. Islam Berkemajuan mengintegrasikan iman dan amal, spiritualitas dan praktikalitas, menjadikan Islam sebagai kekuatan transformatif yang membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Di usia yang ke-113 ini, Muhammadiyah terus berkomitmen untuk memperkuat amal usahanya, mengembangkan inovasi, dan merespons tantangan zaman dengan solusi-solusi konstruktif. Peran Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa, menyehatkan masyarakat, dan membangun peradaban Indonesia yang madani akan terus berlanjut, menjadi mercusuar bagi masa depan bangsa yang lebih baik.
Penutup: Abadi dalam Kontribusi, Hadir dalam Solusi
Muhammadiyah bukan sekadar organisasi; ia adalah sebuah gerakan peradaban. Selama 113 tahun, ia telah membuktikan diri sebagai pelopor kemajuan, penjaga moral, dan pembawa obor pencerahan. Jejak-jejak amal usaha yang membentang luas, jutaan jiwa yang telah disentuh, dan pemikiran progresif yang terus dikembangkan menjadi saksi bisu betapa vitalnya peran Muhammadiyah bagi Indonesia. Di tengah dinamika zaman, Muhammadiyah tetap berdiri teguh, abadi dalam kontribusinya, dan selalu hadir dalam memberikan solusi bagi tantangan umat dan bangsa.
Apple Technos Memberikan informasi terkini khususnya teknologi dan produk apple