Gianyar, Bali – Pulau Dewata, Bali, yang identik dengan pariwisata dan budaya, kini juga menunjukkan geliat signifikan di sektor investasi. Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Denpasar secara agresif memperluas jangkauan literasi keuangan, dengan fokus utama menyasar basis investor dari kalangan generasi muda. Langkah strategis ini diwujudkan melalui penambahan galeri investasi di lingkungan kampus, sebuah inisiatif yang diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan pemahaman investasi sejak dini.I Gusti Agus Andiyasa, Kepala Perwakilan BEI Denpasar, mengungkapkan komitmen tersebut di sela-sela lokakarya jurnalis pasar modal yang berlangsung di Ubud, Kabupaten Gianyar. “Saat ini kami dalam proses kerja sama pendirian galeri investasi dengan salah satu perguruan tinggi negeri di Bali,” ujarnya. Penambahan ini akan semakin memperkuat jaringan literasi BEI, mengingat saat ini sudah terdapat 29 galeri investasi di Bali yang merupakan hasil kolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi dan asosiasi lembaga jasa keuangan. Inisiatif ini menandai upaya berkelanjutan BEI untuk mendekatkan pasar modal kepada segmen demografi yang paling potensial.Membangun Fondasi Investasi Generasi Muda Lewat Galeri InvestasiPeran galeri investasi, khususnya di kampus, sangat krusial. Tidak hanya sebagai pusat informasi dan edukasi, tetapi juga berfungsi sebagai pintu gerbang langsung bagi mahasiswa dan mahasiswi untuk memulai perjalanan investasi mereka. Agus Andiyasa menegaskan kemudahan akses ini dengan menyatakan, “Berapa pun nilai setoran awal itu bisa, jadi tidak ada nilai minimum.” Kebijakan ini menghilangkan salah satu hambatan terbesar bagi investor pemula, yaitu persepsi tentang modal besar yang dibutuhkan untuk berinvestasi. Dengan demikian, investasi saham menjadi lebih inklusif dan terjangkau bagi kantong pelajar dan mahasiswa.Melalui fasilitas ini, generasi muda diharapkan tidak hanya sekadar membuka rekening, tetapi juga mendapatkan pemahaman mendalam tentang ekosistem pasar modal. Mereka akan diajak untuk mengenali emiten (perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa), memahami fundamental bisnisnya, dan menganalisis prospek pertumbuhannya sebelum mengambil keputusan investasi. Edukasi semacam ini menjadi krusial untuk menciptakan investor yang cerdas dan berhati-hati, bukan sekadar ikut-ikutan.Edukasi Kritis: Waspada Jebakan “Saham Gorengan”Salah satu fokus utama dari program literasi ini adalah memberikan pemahaman yang kuat tentang risiko investasi, terutama dalam menghadapi isu “saham gorengan”. Istilah “saham gorengan” merujuk pada saham yang harganya naik turun secara tidak wajar dan drastis karena manipulasi oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab, yang kerap merugikan investor, terutama para pemula. BEI secara aktif mengedukasi investor muda untuk mengenali ciri-ciri saham gorengan dan menghindarinya.Edukasi yang diberikan mencakup beberapa aspek penting: mencermati kinerja emiten secara fundamental, menganalisis konsistensi pertumbuhan laba perusahaan, serta memahami valuasi harga saham. Lebih lanjut, Agus Andiyasa juga menekankan pentingnya menghindari tren Fear of Missing Out (FOMO) atau ketakutan ketinggalan tren yang kerap muncul di kalangan anak muda, terutama yang dipicu oleh informasi dari para pemengaruh (influencer) di media sosial. “Jangan sampai harga saham itu lagi tinggi tapi tiba-tiba anjlok. Itu harus dianalisis melalui aplikasi perusahaan sekuritas dan jangan sampai FOMO,” tegasnya, mengingatkan agar keputusan investasi didasari analisis rasional, bukan emosi atau desakan tren.Potensi Besar Investor Muda Bali dan NasionalUpaya BEI Denpasar untuk menggarap potensi investor muda di Bali terbukti membuahkan hasil positif. Data BEI Bali mencatat, per September 2025, jumlah investor saham di Pulau Dewata telah mencapai 172.248 orang, menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 20 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 yang berjumlah 143 ribu investor.Analisis demografi berdasarkan kelompok usia menunjukkan dominasi generasi muda. Investor saham usia 18-25 tahun mendominasi dengan porsi 30,1 persen. Mereka disusul oleh kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 25,6 persen, kemudian usia 26-30 tahun sebanyak 24,4 persen. Sementara itu, investor dengan usia di atas 41 tahun hanya menyumbang 19,9 persen. Dari sisi pekerjaan, pekerja swasta menjadi kelompok investor terbanyak dengan 41 persen, diikuti oleh pelajar/mahasiswa sebesar 18 persen, dan wirausaha 14 persen. Data ini jelas menunjukkan bahwa pasar modal di Bali semakin akrab dengan wajah-wajah muda.Tren positif ini tidak hanya terjadi di Bali. Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Eddy Manindo Harahap, menyampaikan bahwa secara nasional, demografi investor individu pasar modal per September 2025 menunjukkan 54,20 persen investor berusia di bawah 30 tahun. Meskipun jumlah mereka sangat besar, nilai aset yang dimiliki kelompok usia ini relatif kecil, yakni Rp70,81 triliun. Angka ini kontras dengan investor usia 60 tahun ke atas yang, meskipun hanya berjumlah 2,92 persen dari total investor, memiliki nilai aset yang jauh lebih besar mencapai Rp1.215 triliun.Secara keseluruhan, jumlah investor pasar modal secara nasional per 11 Juli 2025 mencapai 19,3 juta, tumbuh 29,91 persen dibandingkan tahun 2024 yang sebanyak 14,8 juta investor. “Ada penambahan sebanyak 4,20 juta investor baru melampaui target tahunan yang ditetapkan sebesar dua juta investor,” imbuh Eddy, menyoroti akselerasi pertumbuhan investor di Indonesia.Masa Depan Pasar Modal: Inklusi dan Edukasi BerkelanjutanData ini menggarisbawahi pentingnya inisiatif literasi keuangan yang digalakkan BEI Denpasar. Meskipun jumlah investor muda terus bertambah secara signifikan, tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan nilai aset yang mereka miliki melalui keputusan investasi yang cerdas dan berkelanjutan. Ekspansi galeri investasi di kampus, dengan penekanan pada edukasi mendalam dan pencegahan risiko seperti saham gorengan, adalah langkah fundamental untuk mencapai tujuan tersebut.Melalui upaya kolaboratif antara BEI, OJK, dan lembaga pendidikan, diharapkan generasi muda tidak hanya menjadi investor pasif, tetapi juga investor yang kritis, analitis, dan mampu mengambil keputusan yang tepat untuk masa depan finansial mereka. Inklusi keuangan yang didukung oleh literasi yang kuat akan menjadi kunci utama dalam membangun pasar modal Indonesia yang lebih tangguh dan berkesinambungan.
Apple Technos Memberikan informasi terkini khususnya teknologi dan produk apple